KitaBogor – Tohir Kulikulo, seniman multitalenta yang juga dikenal sebagai vokalis KPJ Merdeka, kembali menunjukkan kreativitasnya lewat media unik: batu kali Ciliwung. Kali ini, ia memamerkan 50 karya lukis batu dalam sebuah perhelatan seni yang awalnya dijadwalkan di Botani Square Bogor, bersamaan dengan Festival Kuliner Asia dan Durian. Namun, karena satu dan lain hal, acara dipindahkan ke bantaran Kali Ciliwung, Sukasari, Bogor Timur.
Meski berpindah lokasi dan baru dimulai setelah zuhur, kemeriahan tidak surut. Justru suasana terasa lebih akrab. Warga bantaran kali turut larut menikmati pameran dan pentas seni bersama sejumlah komunitas seperti De Sikil, RKPK, Sambu Street, KPJ Merdeka, Bogor Wanita Berkebaya (BWB), hingga Bundo Kanduang. Acara dibuka dengan doa dan lantunan musik kasundaan, disusul pembacaan rajah bubuka oleh Ki Bambang Sumantri dan Ki Tjetjep Torik.
Momen puncak hadir lewat teatrikalisasi Rajah Batu oleh kelompok Jangkar Jiwa pimpinan Heri Cokro. Pertunjukan ini menghadirkan refleksi sosial, menggambarkan kehidupan manusia yang “membatu” di tengah sistem yang kaku. Heri menegaskan, batu bukan sekadar benda mati. Situs-situs batu di Nusantara—dari prasasti hingga candi—menyimpan kearifan leluhur yang layak digali untuk menjaga keseimbangan hidup dan alam.
Pementasan ditutup dengan lagu “Ibu Pertiwi” oleh Rara Gendis, diiringi musik KPJ Pos Bantaran Ciliwung. Kehadiran Wayang Kardus karya siswa SMP Triwijaya Bogor semakin menambah makna.
Tohir Kulikulo menyatakan, kendala tak boleh mematikan semangat berkesenian. “Selama kita bisa berkarya, seni harus tetap hidup untuk menyuarakan keadilan dan kritik sosial,” ujarnya penuh semangat.
Acara yang juga dihadiri tokoh seni Jawa Barat dan relawan kesehatan ini berakhir pukul 16.00 WIB, ditutup dengan doa dan makan nasi kuning bersama.