KitaBogor – Artis sekaligus stand up commedy Raditya Dika mengaku sangat tidak nyaman dalam pernikahannya dengan Anissa Aziza
Namun, ia belajar dari ketidak nyamanan ity untuk bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.
“Pernikahan itu bagi gue sangat tidak nyaman.” kata Raditya Dika kepada wartawan di Bogor, Selasa, 28 Oktober 2025.
Kalimat lugas itu keluar dari mulut Raditya Dika, seolah dia sedang membahas hal yang sepele karena setelah itu ia tertawa kecil. Tapi di balik itu, ada filosofi hidup yang dalam.
Raditya Dika pun menjelaskan, bahwa ketidaknyamanan bukan indikator ada yang salah dalam pernikahannya. Justru kejujuran itulah proses tumbuh dan matang kepribadiannya dimulai.
Sejak lama, ia percaya bahwa rasa tidak nyaman adalah sinyal perubahan, ruang di mana seseorang bisa mengenali dirinya lebih jauh, termasuk dalam cinta.
Raditya tidak mencari pasangan untuk menetap di zona aman, ia mencari seseorang yang bisa menantangnya untuk berkembang, menabrak kebiasaan lama, dan berani belajar hal baru.
“Dalam hidup, dalam karya, bahkan dalam rumah tangga, dia percaya bahwa nyaman itu bahaya,” jelasnya.
Ia menuturkan, bahwa istrinya Anissa Aziza itu nggak berani ngomong, ia terlalu nyaman sebagai host atau presenter di depan kamera.
“Sebelum menikah dengan saya, ia nggak pernah ambil job talkshow,” tuturnya.
Tapi kemudian, Raditya menantangnya dengan berkata.“Lu harus buat dirimu menjadi nggak nyaman, karena kalau lu nyaman terus, lu nggak akan tahu hal lain yang mungkin bisa memperlebar bidang lu,” ungkapnya.
Pesan itu bukan hanya motivasi. Itu refleksi hidup yang sudah lama ia pegang bahwa ketidaknyamanan adalah bagian dari proses belajar. Hari ini, Anissa Aziza mulai berani bicara di depan kamera, bahkan membuat konten sendiri di rumah.
Ia tidak pernah berhenti mencoba hal baru dari menulis blog di SMA, membuat tulisan Malam Minggu Miko, hingga kini menjadi sutradara dan entrepreneur. Semua itu berawal dari kegelisahan yang sama, yaitu keengganan untuk berhenti di titik aman.
“Justru kenyamanan bagi gue adalah bahaya, karena kenyamanan artinya gue belum punya inovasi baru,” tambah Raditya.
Ketidaknyamanan, dalam pandangan Raditya Dika, bukan hal yang harus dihindari. Itu tanda bahwa kita sedang bergerak. Bahwa ada sesuatu dalam diri yang sedang belajar menyesuaikan diri dengan hal baru. Di titik itu, potensi mulai tumbuh.
Untuk generasi muda yang sedang mencari arah, kisah Raditya Dika dan Anissa Aziza menjadi pengingat sederhana bahwa rasa takut, ragu, atau tidak siap bukan alasan untuk berhenti. Justru dari ketidak nyamanan itulaah semua hal besar bermula.
Kota Bogor jadi saksi semangat muda yang tak pernah padam. Generasi Campus Roadshow 2025, kolaborasi antara Grab Indonesia dan Narasi, hadir dengan semangat baru lewat tema “Passion in Action: Ignite Limitless Potential.”
Antusiasme mahasiswa IPB terasa sejak awal acara. Neneng Goenadi, CEO Grab Indonesia, bahkan mengaku terkesan dengan energi dan kreativitas mereka.


