Menelusuri Jejak Sejarah Bogor, Dari Peninggalan Pajajaran hingga Cita-cita Kota Beriman

0
7
Menelusuri Jejak Sejarah Bogor, Dari Peninggalan Pajajaran hingga Cita-cita Kota Beriman

KitaBogor – Setiap kali Hari Jadi Bogor diperingati, selalu muncul pertanyaan besar yang belum tuntas dijawab: dari mana sebenarnya asal-usul tanggal 3 Juni 1482 yang kini disepakati sebagai hari lahir Bogor, baik untuk Kota maupun Kabupaten? Catatan mengenai hal ini satu-satunya dapat ditemukan dalam buku Sejarah Bogor karya Drs. Saleh Danasasmita yang diterbitkan tahun 1983, namun hanya berupa lampiran tanpa uraian naratif yang mendalam.

Sejarah Bogor dalam era kolonial Belanda sendiri sangat tergantung dari sudut pandang para sejarawan. Ada yang memilih memulainya sejak kedatangan Cornelis de Houtman di Teluk Banten pada 1596. Atau dari ekspedisi VOC tahun 1683 yang dipimpin oleh Sersan Winkler dan Letnan Tanujiwa. Bahkan, bisa juga dimulai dari pembangunan Pesanggrahan di Kampoeng Baroe ketika Gustaaf Willem Baron van Imhoff melakukan perjalanan ke Cipanas, Cianjur.

Namun yang pasti, perjalanan sejarah Bogor erat kaitannya dengan peran para Gubernur Jenderal dari masa VOC hingga Hindia Belanda. Sejak wafatnya van Imhoff pada 1750 hingga keruntuhan VOC pada 31 Desember 1799, berbagai perubahan terjadi. Sejarawan asal Prancis, Denys Lombard, dalam karyanya Le Carrefour Javanais. Menyebut masa peralihan ini dimulai dengan kedatangan Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal yang diangkat oleh Louis Napoleon Bonaparte.

Pada Januari 1808, Daendels tiba di Anyer dan segera menunjukkan kekuasaan Prancis dengan menaikkan bendera Prancis di Batavia. Masa kekuasaannya yang hanya berlangsung tujuh bulan (Februari–Agustus 1811) menjadi momen krusial dan penuh gejolak dalam sejarah kolonial di Nusantara. Ia terkenal bukan hanya karena membangun Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) dari Anyer ke Panarukan, tetapi juga karena reformasi pemerintahan, seperti pembentukan sistem Prefectuur dan pengubahan posisi bupati dari pemimpin rakyat menjadi sekadar pegawai negeri.

Khusus di Bogor (Buitenzorg), Daendels memiliki peran penting. Ia menyempurnakan pembangunan Istana Buitenzorg, menata wilayah dan memberi perhatian pada struktur kota. Visi penataan ini sejalan dengan perannya di kota lain seperti Bandung, yang ia tetapkan titik pusatnya dengan tongkat di kawasan yang kini menjadi Jalan Braga.

Seiring waktu, Bogor terus mengalami perkembangan. Dalam era otonomi daerah, di bawah kepemimpinan Walikota H.R. Iswara Natanegara (1999–2004), lahirlah visi “Kota dalam Taman Menuju Kota Internasional.” Visi ini bukan sekadar slogan, melainkan fondasi dalam membangun identitas kota yang bersih, nyaman, dan bersinergi dengan alam. Misi besar lainnya adalah menjadikan Bogor sebagai Kota Beriman, yang berarti Bersih, Indah, dan Nyaman, sekaligus mendorong produktivitas serta kesejahteraan masyarakat.

Penataan kota dilakukan melalui konsistensi kebijakan tata ruang, estetika kota, dan penguatan ruang terbuka hijau. Semua itu ditopang dengan upaya mengelola transportasi dan kebersihan kota yang semakin baik. Namun, pertanyaan kritis tetap tersisa: apakah penataan kota Bogor saat ini telah optimal, dari segi pedestrian hingga sistem angkutan kota?

Dirgahayu Bogor ke-543. Semoga terus melangkah menjadi Kota Sains Kreatif yang tak pernah melupakan akar sejarah dan warisannya.

Oleh: Rahmat Iskandar, Pemerhati Sejarah Bogor

Previous articleNgadem Asyik di Wisata Alam Sevillage, Surga Glamping dan Spot Instagramable di Puncak!
Next articleBulan Sutena Rela Kulit Terbakar Demi Video Klip Terbaru “Susah Abang”