Melawan Stigma Gangguan Mental di Sekitar Kita, Bukan Gila, Hanya Butuh Didengar!

0
8
Melawan Stigma Gangguan Mental di Sekitar Kita, Bukan Gila, Hanya Butuh Didengar!

KitaBogor – Wargi Kitabogor perlu tahu ada yang bernama Stigma Gangguan Mental, Bayangkan ini: seseorang datang ke rumah sakit karena demam tinggi, batuk, atau patah tulang—semua orang akan langsung menyarankan untuk berobat ke dokter. Tapi ketika seseorang mengalami kecemasan hebat, serangan panik, atau depresi yang berkepanjangan, reaksi yang muncul bisa sangat berbeda:

“Ah, itu cuma kurang ibadah.”
“Kamu harus lebih bersyukur.”
“Jangan lebay, semua orang juga punya masalah.”
“Jangan-jangan kamu gila?”

Itulah yang disebut stigma terhadap gangguan mental—penilaian negatif, salah paham, bahkan ejekan yang dilontarkan kepada mereka yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Dan ironisnya, stigma ini sering kali datang bukan dari orang asing, tapi dari lingkungan terdekat: keluarga, teman, bahkan tempat kerja.

Kurangnya Pemahaman Masyarakat

Banyak orang masih mengira bahwa gangguan mental adalah kelemahan, kurang iman, atau sesuatu yang bisa “dilawan” hanya dengan berpikir positif. Padahal, gangguan mental adalah kondisi medis yang sama seriusnya dengan gangguan fisik. Sama seperti diabetes atau hipertensi, gangguan mental juga butuh penanganan, bukan penghakiman.

Sayangnya, kurangnya edukasi dan minimnya ruang bicara soal kesehatan jiwa membuat masyarakat masih belum memahami apa itu gangguan mental, bagaimana cara mengenalinya, dan bagaimana cara mendukung mereka yang mengalaminya.

Malu atau Takut Mencari Bantuan

Akibat stigma yang terus melekat, banyak orang merasa malu atau takut untuk mencari bantuan profesional. Mereka khawatir dianggap lemah, takut dicap “tidak normal”, atau bahkan takut kehilangan pekerjaan atau diterima di lingkungan sosial.

Banyak juga yang memilih diam, berpura-pura kuat, menyimpan semuanya sendiri—sampai akhirnya ledakan itu datang: dalam bentuk kelelahan mental, isolasi diri, atau bahkan pikiran untuk mengakhiri hidup.

Saatnya Mengubah Cara Pandang

Mengalami gangguan mental bukan tanda kegagalan. Justru berani mengakui dan mencari bantuan adalah bentuk keberanian dan kepedulian terhadap diri sendiri. Sama halnya seperti pergi ke dokter saat sakit fisik, berkonsultasi ke psikolog atau psikiater adalah langkah bijak untuk kesehatan mental.

Sebagai masyarakat, kita juga bisa mulai mengubah pandangan dan menjadi bagian dari solusi:

  • Berhenti melabeli orang lain dengan sebutan seperti “gila”, “drama”, atau “baper”.
  • Mulai mendengarkan dengan empati, bukan menghakimi.
  • Berani membuka percakapan tentang kesehatan mental di rumah, sekolah, dan tempat kerja.

Semua Orang Punya Hari Gelap, Tapi Tak Harus Menghadapinya Sendiri

Stigma tidak menyembuhkan, justru membuat luka semakin dalam. Saat kita berhenti menilai dan mulai memahami, kita membantu menciptakan dunia yang lebih sehat secara mental—untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

Jadi jika kamu (atau seseorang yang kamu kenal) sedang merasa kewalahan secara emosional, ingatlah: mencari bantuan bukan tanda lemah, itu tanda kamu peduli pada diri sendiri.

Previous articleKabupaten Bogor Masuk Sekolah Pukul 07.00 WIB, Tak Ikuti Imbauan Gubernur Jabar
Next articleRelaksasi Eksklusif di Tengah Kota: Annathaya Spa Kini Hadir di Fraser Residence Sudirman