Kitabogor – Festival literasi anak terbesar di Indonesia, CIA Fest 2025 kembali menghadirkan momen berkesan di hari keduanya. Diselenggarakan oleh Majalah Cahaya Inspirasi Anak (CIA) pada 3–5 Oktober 2025 di Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, festival ini terus menggaungkan semangat literasi dan kepedulian terhadap alam melalui tema besar “Suara Anak untuk Alam.”
Tema tersebut menjadi refleksi atas tantangan nyata yang dihadapi generasi masa kini: perubahan iklim, pencemaran, dan berkurangnya ruang hijau — isu yang berdampak langsung pada kehidupan anak-anak. CIA Fest hadir sebagai ruang ekspresi sekaligus ajakan kolektif untuk menumbuhkan kesadaran literasi lingkungan sejak dini.
Salah satu sorotan hari kedua adalah sesi “Cerita Inspirasi Guru”, yang dihadiri oleh perwakilan Kemendikdasmen Dr. Iwan Junaedi, S.Si., M.Pd., Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (GTK).
Dikesempatan yang sama meluncurkan platform “Hanya Untuk Guru” — sebuah wadah digital yang dirancang untuk mendukung kualitas hidup dan profesionalisme para pendidik di seluruh Indonesia.
“Sekarang adalah era di mana bapak ibu guru bisa mengakses dan mengeksplor segala hal yang dibutuhkan. Peluncuran platform Hanya Untuk Guru adalah salah satu cara pemerintah memfasilitasi kebutuhan pendukung demi kemajuan Generasi Emas Indonesia,” ujar Dr. Iwan.
Sesi ini juga menghadirkan Romo Odemus Bei Witono, S.J., Direktur Perkumpulan Strada, serta para guru inspiratif dari Kabupaten Balangan, Barito Timur, dan Tabalong yang membagikan kisah perjuangan mereka dalam menumbuhkan budaya baca di daerah masing-masing.
Pendiri Majalah CIA, Stefanie Agustin, menegaskan pentingnya peran guru dalam membangun ekosistem literasi anak.
“Sejak awal, Majalah CIA meyakini bahwa literasi anak tidak akan tumbuh tanpa peran guru. Melalui platform Hanya Untuk Guru, kami ingin memberi ruang apresiasi dan dukungan bagi para pendidik yang bekerja di garda terdepan,” ungkapnya.
MAINLYMPIC: Menjaga Tradisi, Menumbuhkan Karakter
Hari kedua CIA Fest juga diramaikan oleh MAINLYMPIC, kompetisi permainan tradisional yang telah digelar di 50 sekolah dasar se-Jabodetabek sepanjang tahun 2025.
Bekerja sama dengan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI), kegiatan ini menghadirkan keceriaan dan semangat sportivitas anak-anak dalam menjaga warisan budaya permainan rakyat.
Melalui MAINLYMPIC, CIA Fest menegaskan pentingnya permainan tradisional sebagai sarana membangun karakter, kebersamaan, serta kesehatan fisik dan mental anak — sesuatu yang kian langka di era digital.
14 Lomba Literasi: Ajang Kreativitas Anak Indonesia
Selain itu, CIA Fest 2025 juga menghadirkan 14 mata lomba literasi yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai daerah.
Kompetisi ini meliputi: Cerdas Cermat, Debat, Eja Kata, Fashion Show, Kreasi Lakon, Kreasi Topeng, Mading Kreatif, Modern Dance, Musikalisasi Puisi, Paduan Suara SD dan TK, Poster, Storytelling, serta Tari Grup.
Khusus untuk lomba Debat Literasi, CIA Fest berkolaborasi dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI). Babak final menghadirkan juri kehormatan seperti Totok Amin Soefijanto, Ed.D (Rektor Institut Media dan Digital Ekonomi/IMDE), Yeri Nurita, S.S (Plt Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas RI), dan Magdalena Chori Rachmawati (Dosen PPG Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya).
“Debat ini bukan soal menang atau kalah, tapi tentang membiasakan anak-anak untuk berdialog, mencari informasi yang valid, dan saling menghargai. Inilah fondasi penting untuk membentuk empati dan keterampilan komunikasi yang sehat,” ujar Totok Amin Soefijanto.
Melahirkan Generasi Literat Melalui WARIOR CIA
Tahun ini, IMDE juga menjadi mitra CIA Fest 2025 dalam program WARIOR CIA (Wartawan Junior CIA), yaitu pelatihan jurnalisme anak di mana peserta belajar meliput, menulis, dan berkarya layaknya wartawan muda.
Program ini menjadi langkah nyata dalam melahirkan generasi literat yang kritis, kreatif, dan berdaya.


