Menjaga Tradisi dan Silaturahmi, Yayasan Rancage Gelar Nyawang Bulan Kedua

0
26
Menjaga Tradisi dan Silaturahmi, Yayasan Rancage Gelar Nyawang Bulan Kedua

KitaBogor – Untuk kedua kalinya, Yayasan Rancage Manunggal Rasa (RMR) menggelar kegiatan budaya Nyawang Bulan di Bumi Ageung Pakuan Padjajaran, Batutulis, Bogor Selatan, pada Senin (6/10/2025). Acara yang berlangsung dari sore hingga tengah malam ini dihadiri sekitar 50 komunitas seni dan budaya dari berbagai daerah.

Secara harfiah, nyawang bulan berarti menatap atau merenungi bulan. Dalam budaya Sunda, kegiatan ini memiliki makna spiritual dan sosial, di mana masyarakat berkumpul di bawah sinar purnama untuk bersyukur, mengenang kebesaran Tuhan, serta mempererat silaturahmi.

Acara ini menjadi wadah pertemuan para budayawan dan seniman Sunda. Kegiatannya beragam, mulai dari pengobatan dan terapi tradisional, dialog budaya, hingga pementasan karya seni, doa bersama (tawasulan), dan refleksi nilai-nilai leluhur.

Dipandu oleh tiga tokoh budaya, yakni Kang Tjetjep Toriq, Kang Odoy, dan Ki Dalang Ceceng, kegiatan berlangsung dinamis. Setelah sesi terapi dan pengobatan, acara dilanjutkan dengan seremoni selepas Magrib hingga pukul 12 malam.

Ketua Yayasan Rancage, Kyai A. Taviv, mengucapkan terima kasih kepada komunitas yang hadir. “Nyawang Bulan adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi warisan leluhur. Semoga kegiatan ini terus berlanjut dan membawa keberkahan bagi semua,” ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, Drs. Firdaus, M.Si., juga memberikan apresiasi. Ia menyebut kegiatan ini penting untuk menjaga nilai budaya. “Budayawan itu bukan lawan, tapi sahabat. Silaturahmi seperti ini menjadi kunci dalam melestarikan tradisi,” katanya.

Berbagai penampilan turut memeriahkan acara, seperti lagu “Caang Bulan Sapanjang Paledang” oleh Ketua KPJ Merdeka Bogor dan teatrikalisasi puisi bertema kritik sosial dari Jangkar Jiwa.

Acara ditutup dengan pembacaan doa bersama oleh Kyai Taviv dan Ki Nurdin, serta prosesi babakti yang dipimpin Ki Bambang Sumantri. Malam itu, sinar bulan menjadi saksi hangatnya kebersamaan para pelaku seni dan budaya Sunda.

Previous articleWaspadai Modus Loker Bandara, Rudi S Warga Bogor Diduga Tipu hingga Ratusan Juta Rupiah
Next articleDari Sengketa Lahan ke Wisata Hijau: Megamendung Bangkit Jadi Contoh Ekowisata Ramah Lingkungan di Bogor