KitaBogor – Kekhawatiran tengah dirasakan masyarakat Kampung Lemah Neundeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Rencana penutupan kawasan ekowisata Eiger Adventure Land membuat ratusan warga resah, mengingat tempat wisata tersebut telah menjadi sumber penghidupan utama bagi sekitar 300 orang.
Tokoh masyarakat Fahmi menjelaskan, sejak beroperasi pada 2018, Eiger Adventure Land tidak hanya membuka lapangan kerja untuk pemuda, tetapi juga memberi kesempatan bagi warga berusia 50–60 tahun. “Kalau sampai ditutup, masyarakat pasti terpukul. Ada risiko anak-anak putus sekolah karena orang tuanya kehilangan pekerjaan,” ujarnya.
Selain menciptakan lapangan kerja, kehadiran Eiger turut mendorong tumbuhnya usaha kecil seperti warung makan, rumah kontrakan, hingga jasa transportasi lokal. Bahkan, program reboisasi berhasil menanam sekitar 50 ribu pohon di kawasan yang sebelumnya tandus, dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Ketua RT setempat, Mumuh, menegaskan mayoritas warganya kini bergantung pada Eiger. “Dulu lahan ini gundul, sekarang hijau. Warga pun punya penghasilan. Kalau ditutup, kasihan masyarakat yang kehilangan sumber nafkah,” katanya.
Sejumlah pekerja seperti Wawan (50) dan Murji (48) mengaku sangat bersyukur bisa bekerja di sana. “Kalau ditutup, kami bingung harus mencari kerja ke mana. Kami tidak punya ijazah, hanya bisa kerja serabutan,” ungkap mereka.
Kisah haru juga datang dari Yuyun (65), pekerja lansia yang merawat tanaman di sekitar Eiger. “Setelah bekerja di sini, hidup kami lebih baik. Mohon jangan ditutup, karena ini satu-satunya tempat kami mencari nafkah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Keberadaan Eiger Adventure Land tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga bentuk nyata tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Bagi warga Desa Sukagalih, harapan mereka hanya satu: agar Eiger tetap beroperasi demi keberlangsungan hidup dan masa depan keluarga mereka.
