Mencari Jejak Naskah Sejarah Bogor Karya Saleh Danasasmita

0
7
Mencari Jejak-jejak Naskah Sejarah Bogor Karya Saleh Danasasmita

KitaBogor – Upaya pencarian jejak Naskah Sejarah Bogor dan tulisan lain terkait Sejarah Sunda Pajajaran baru beberapa bulan terahir ini di lakukan menjelang milad Bogor ke 543 tahun.

Tahun 1983, baru terbit untuk pertama kali buku Sejarah Bogor oleh Pemerintah Kotamadya Bogor. Saat Achmad Sobana S.H. menjabat Walikotamadya periode 1979-1984.

Pencarian data sekitar Naskah Sejarah Bogor dan Sunda Pajajaran itu tak hanya di beberapa Perpustakaan di Kota Bandung juga sampai ke Universitas Monash, Australia.

Serpihan-serpihan Sejarah Bogor pernah di temukan di Perpustakaan Ajip Rosidi di Jalan Garut Kota Bandung, di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya- Universitas Padjadjaran, Perpustakaan Museum Negeri Sri Baduga dan Perpustakaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat. Serpihan naskah sejarah yang masih di tulis mesin tik berupa bentuk stensilan itu merupakan tulisan dalam lingkup sejarah Pakuan Pajajaran. Antara lain sekitar keruntuhanmya, perjalanan Van Riebeeck, ajaran-ajaran dan silsilah raja-raja.

Namun ada hal yang sangat penting, kemana naskah dan tulisan Kang Saleh yang begitu banyak. Terutama ketika ia menjabat Kepala Seksi, Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kota Bogor. Pasca wafatnya, tidak banyak di temukan warisan Kang Saleh dalam bentuk naskah naskah tersebut.

Tampaknya menjadi hal yàng biasa bahwa perlindungan dan perawatan karya tulis dan koleksi buku-buku sosok yang di sebut budayawan, pemerhati dan sejarawan bernasib sama. Dengan wafatnya sosok bersangkutan maka hilanglah semua karya karya mereka. Baik pelan-pelan mau pun dalam jangka waktu yang relatif lama. Seorang sahabat, Dadang Mutachir manten Ajudan tiga Walkota Kota Bogor berturut-turut, mengatakan. Bahwa banyak buku-buku dan tulisan Muchtar Kala yang hilang karena di jual ke tukang loak.

Juga karya-karya Bujangga M.A. Salmun bernasib sama. Yang menyedihkan adalah perpustakaan pribadi arkeolog DR. Uka Tjandrasasmita yang hancur rumah dan perpustakaan oleh bocoran air hujan. Padahal salah seorang putera beliau, Wawan, yang seorang PNS di lingkungan Kantor Perpustakkan Nasional di Jajakarta. Tidak mampu menyelamatkan ribuan buku Arkeologi Islam dan Banten, buku buku tentang sejarah Sunda Pajajaran, makalah Seminar dan Simposium. Serta buku buku sumbangan dari mancanegara, antara lain dari KITLV dan perpustakaan Leiden. Semua hancur dan lengket oleh air hujan. Masih beruntung saya masih menyimpan beberapa koleksi dari Pak Uka, Berupa Jurnal Arkeologi Amerta, bundel laporan penelitian Arkeologi Islam dan tentang Banten yang tersisa.

Sosok Saleh Danasasmita telah banyak di tulis sebagai ASN atau PNS saat itu, pernah menjabat Kepala Seksi Kebudayaan pada Kantor Departemen Pendiidikan dan Kebudayaan, Kota Bogor. Kemudian menjabat Kepala Seksi Tenaga Teknis Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan, Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan, Jawa Barat di Bandung. Ia adalah lulusan Jurusan Pendidikan Sejarah, Institut PendIdikan dan Keguruan (IKIP), ekstension Bogor, kini berubah nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Pada tahun 1964-1967 sempat menjabat Anggota DPRD Kota Bogor mewakili Fraksi Golongan Karya ( GOLKAR)

Kang Saleh juga di kenal sebagai penulis sejarah, sastra dan redaktur serta salah satu pendiri Majalah Mangle saat di Bogor. Tulisan sastranya banyak dalam bentuk cerpen, puisi dan dangding Sunda. Ia juga menguasai bahasa dan tulisan Sunda, juga bahasa Belanda. Di kenal sering menulis sejarah terkait Sunda Pajajaran dn tentang Bogor.

Mencari Jejak-jejak Naskah Sejarah Bogor Karya Saleh Danasasmita
Foto Ibu Tarsianah Saleh Danasasmita
Dengan segala kelebihannya itu Kang Saleh adalah pribadi yang yang amat sedehana, ramah dan berjiwa sangat sosial.

Ada satu sisi pada diri Kang Saleh yang unik dan tidak banyak yang mengetahui. Sudah jelas telah di sebut bahwa ia memiliki jiwa sosial tinggi dan hidup sederhana. Ibu Tasrianah Saleh Danasasmita pernah bercerita bahwa gaji sebagai anggota DPRD malah lebih banyak di berikan kepada para sahabatnya. Bahkan pada suatu ketika Kang Saleh kedatangan sahabatnya dari Bandung, sastrawan Sursa Saputra yang nginap beberapa hari di rumahnya. Ketika sang tamu pulang, esok pagi harinya Ibu Saleh nyari-nyari beras untuk di masak, ternyata beras simpanannya itu telah di berikan kepada sahabatnya itu.

Keunikan lain Kang Saleh adalah ia perokok berat, rokok kretek yang sekarang sudah tidak ada lagi, yaitu rokok merk Langseng. Sangat menarik setelah Kang Saleh wafat warung penjual rokok di pinggir Jalan Bondongan itu selanjutnya tidak menjual rokok kretek merk Langseng lagi. Karena pembeli rokok tersebut hanya Kang Saleh satu-satunya. Sebagai perokok berat, Kang Saleh mengabiskan rokok antara tiga sampai empat bungkus sehari. Tiada henti nyerebungkan asap rokok, dan kopi kental merk Babah Sipit. Terutama ketika ia sedang mengetik tulisan tentang Sejarah Bogor. Makanan yang yang tak lepas dari menu sehari ari adalah sangray bawang dicampur kecap manis dan sambal tempe bakar pakai jahe. Wah kacida ngalimed tuang upami disayagikeun ke dua jenis makanan itu, demikian komentar Ibu Saleh.

Kang Saleh yang darèhdèh dan bèrèhan kepada semua orang itu juga amat bèrèhan berbagi imu. Terutama tentang sejarah dan keahliannya ilmu bahasa, sastra dan tulisan Sunda Kuna. Ketika proses penulisan Sejarah Bogor, Kang Saleh dibantu oleh sasterawan Yoseph Iskandar. Yoseph sering menulis tentang roman sejarah sekitar masa Sunda Pajajaran yang dipidangkan di Majalah Mangle. Yoseplah di samping Sri Suhesti, PNS di Kandepdikbud dan Penilik Kebudayaan Kecamatan Bogor Utara yang dipandang menguasai huruf dan Sunda Kuna. Hanya dua sosok itulah, sementara yang lain tidak bisa diandalkan sebaga tenaga budaya yang paling menguasai dan mahir membaca dan menulis warisan Sunda tersebut.

*Bersambung

Previous articleAG dan Adik Iparnya Jadi Tersangka Utama Bank Plat Merah di Kabupaten Bogor, Kejari Kabupaten Bogor Gercep Tahan Para Tersangka
Next articleNostalgia Mobil Dan Motor Jadul, Kabogorfest 2025 Hadirkan Autovibes 2025